Pril Huseno adalah jurnalis senior Indonesia yang sudah merasakan manfaat kelor. Selamat membaca tulisan Alternatif Pengobatan Ampuh ini.
Obat-obatan herbal sebagai alternatif pengobatan telah lama dikenal masyarakat Nusantara. Kekayaan hayati bumi Indonesia dikenal manca negara mempunyai aneka ragam tumbuhan dan umbi-umbian yang luarbiasa potensial.
Mulai dari aneka tumbuhan dan dedaunan yang kerap menjadi bahan makanan tambahan penduduk, juga tumbuhan dengan akar-akaran dan dedaunan yang secara turun temurun digunakan sebagai bahan baku pengobatan alami atau pengobatan herbal.
Jamu-jamuan nusantara yang dikenal juga di luar negeri adalah salah satu contoh penerapan tanaman herbal sebagai upaya pengobatan.
Belum lagi kekayaan hayati dari hutan alam tropis Indonesia, diketahui mempunyai aneka ragam kekayaan luarbiasa dari hasil hutan yang rupanya banyak sekali belum dikembangkan.
Kelor Berpotensi Menjadi Alternatif Pengobatan Ampuh
Salah satu tumbuhan ajaib untuk pengobatan berbagai macam penyakit degeneratif dan penopang daya tahan stamina, adalah tumbuhan Kelor (Moringa Oleifera). Daun kelor, telah banyak dikembangkan sebagai salah satu bahan alternatif untuk pengobatan.
Dalam lima tahun terakhir, Moringa Oleifera telah dikonsumi banyak orang dan diproduksi oleh para para pegiat pengobatan herbal dalam kemasan kapsul, sebagai tawaran alternatif kepada masyarakat.
Kapsul daun kelor dinyatakan terbukti ampuh mengobati berbagai macam keluhan penyakit yang diderita masyarakat.
Cancer Chemoprevention Research Center UGM Yogyakarta bahkan telah melakukan serangkaian riset terhadap keampuhan daun kelor Moringa Oleifera.
Dalam rilis hasil risetnya pada 6 Februari 2011, Lembaga tersebut menyatakan bahwa :
Moringa Oleifera terbukti Moringa oleifera L. mengandung kombinasi senyawa yang unik yaitu isotiosianat dan glukosinolat. Isotiosianat (ITC) merupakan zat yang terdapat dalam berbagai tanaman, termasuk Moringa oleifera yang memiliki potensi sebagai agen kemopreventif. Secara in vivo, isotiosianat telah menunjukkan aktivitas sebagai agen antikanker.
Disebutkan pula dari beberapa publikasi riset, efektifitas Moringa Oleifera sebagai agen anti kanker telah terbukti pula menginduksi apoptosis terhadap sel kanker ovarium. Sebagaimana laporan berikut :
- Berbagai penelitian menunjukkan bahwa mekanisme aksi isotiosianat adalah melalui induksi enzim pemetabolisme fase 1 dan enzim pemetabolisme fase 2. (Hetch, 1999).
- Efektifitas tanaman ini sebagai agen antikanker juga terbukti dari beberapa publikasi penelitian yang menyatakan bahwa benzyl isothiosianat (BITC) secara in vitro mampu menginduksi apoptosis terhadap sel kanker ovarium (Bose, 2007). BITC juga dapat menginhibisi pertumbuhan sel kanker pankreas BxPC-3 secara signifikan dengan IC50 8 μM melalui fase G2/M cell cycle arrest serta induksi apoptosis (Srivastava dan Singh, 2004).
Bharali dkk melaporkan bahwa ekstrak etanolik dari Moringa oleifera L. berpotensi sebagai agen kemoprefentif terhadap karsinogenesis yang disebabkan oleh bahan kimia.
PEITC mampu menginhibisi induksi kanker paru-paru oleh NNK melalui mekanisme pengurangan pembentukan DNA adduct dan juga dapat menginduksi apoptosis (Sticha dkk., 2002).
Alhasil, berdasarkan hasil-hasil riset tersebut, tanaman Kelor telah banyak dikembangkan sebagai alternatif pengobatan selain medis. Salah satunya adalah Kelor yang dikembangkan oleh PT Moringa Organik Indonesia, Blora, Jawa Tengah.
Pengalaman Pribadi Saya Dalam Mengonsumsi Kapsul Kelor
Penulis, berdasarkan pengalaman mengonsumsi kapsul “Kelorina” folium Ekstrak 650 mg yang diproduksi oleh PT Moringa Organik Indonesia telah merasakan manfaat dari tanaman Ajaib tersebut.
Kelor, rupanya terbukti pula sebagai agen anti kanker
Setelah mengonsumi hanya dua kali sehari saja per tiga kapsul Kelorina, penyakit sesak napas penulis yang telah diderita selama dua tahun belakangan, telah jauh berkurang. Padahal, baru dikonsumsi kurang lebih 14 hari saja.
Penyakit sesak napas penulis didiagnosa dokter ahli penyakit dalam di Yogyakarta sebagai Pembengkakan Jantung, dan disebut dalam literatur medis adalah gejala gagal jantung.
Dokter menyebut hal tersebut disebabkan oleh kerja keras sewaktu muda dan tidak memperdulikan tingginya tensi darah (up 140) yang mengakibatkan jantung selain bekerja keras juga “melar” seperti karet gelang, yang kemudian besarannya tidak lagi dapat dikembalikan ke ukuran normal seumur hidup.
“Sesak napas yang diderita menurut dokter disebabkan oleh bengkaknya jantung tersebut.”
Akibat yang dirasakan oleh penulis, tidak dapat lagi melakukan aktivitas fisik berat seperti berlari, berjalan cepat, jalan menanjak, ataupun mengangkat barang-barang berat.
Berjalan agak cepat sekitar 100 meter saja harus berhenti dulu guna meredakan sesak.
Bahkan Ketika makan pun, penulis tidak dapat mengunyah makanan seperti daging dalam waktu lama, karena akan langsung sesak napas berat. Terpaksa menghentikan santapan sejenak untuk melegakan napas.
Ketika makan pun, terpaksa harus setop apabila mengunyah terlalu lama karena sesak
Begitu pula aktivitas lain seperti mandi yang tidak lagi dapat seenaknya “jebar jebur” seperti sebelum sakit. Kerja keras jantung karena mandi secara cepat akan mengakibatkan napas menjadi sesak luar biasa.
Semula penulis hanya mencoba-coba saja keampuhan kapsul kelor yang dalam beberapa tahun terakhir telah didengar. Kawan Mariska Lubis dan Igens yang mengenalkan pengobatan herbal via Kelor.
Penulis pikir, ini mungkin sama saja dengan bahan herbal lain, ataupun kapsul vitamin yang diproduksi di dalam negeri ataupun impor yang dijual mahal sebagai alternatif pengobatan.
Namun setelah mengonsumsi kapsul kelor organik dari Kelorina selama satu minggu pertama diselingi minum madu, sesak napas yang penulis derita perlahan berkurang.
Aktivitas mandi, menyiram tanaman dari halaman belakang ke depan, bersepeda sehat, berjalan cepat, napas tidak lagi sesak.
Dalam keheranan, penulis sempat membuka-buka referensi soal khasiat Moringa Oleifera dan bersua dengan rilis pusat kanker UGM seperti yang disebutkan di atas.
Jika penyakit berat seperti kanker saja potensial berkurang, maka berarti untuk penyakit lain pun bisa jadi akan bisa diatasi oleh pendekar Kelor ini, pikir penulis.
Thus, penulis akhirnya meneruskan mengonsumsi Kelorina pabrikan PT Moringa Organik Indonesia, sebagai jalan ikhtiar mengobati penyakit sesak napas.
Sekarang, alhamdulillah, meski harus tetap berhati-hati dalam aktivitas fisik, penulis menjadi sedikit lega karena sesak napas telah jauh berkurang. Hanya saja memang faktor “U” yang diatas limpul tetap harus ekstra menjaga kondisi.
Semoga dengan terus mengonsumsi Kelorina, dapat dipanjangkan usia hingga mampu melewati usia “balak enam” dan dapat terus beraktivitas seperti biasa, terutama menulis.
Kesimpulan
Diharapkan, perihal keampuhan daun kelor sebagai obat alternatif dapat terus dikembangkan dan dikenal luas oleh masyarakat, apalagi bagi kaum tidak berpunya, dapat menjadikan masyarakat Indonesia sehat dan produktif kelak.
Hasil riset Kelor yang potensial dalam mengobati kanker ovarium dan lain-lain penyakit degeneratif, menjadi nilai lebih tersendiri bagi Moringa Oleifera untuk dikenalkan kepada masyarakat, Di tengah tingginya ongkos pengobatan medis di rumah sakit.
Pengobatan herbal, kiranya telah dapat dipercaya dan diterima masyarakat dunia sebagai pengobatan alternatif yang layak dipercaya. Tentu saja dengan tidak meninggalkan ikhtiar medis sebagai pedoman dalam indikator Kesehatan seseorang.
Nah, mulai saat ini mari kita sosialisasikan dan memasyarakatkan Moringa Oleifera atau daun kelor, yang tidak hanya dimitoskan sebagai senjata melumpuhkan musuh atau penjahat berilmu kebal, tapi juga mempu melumpuhkan berbagai macam penyakit yang mengganggu Kesehatan warga masyarakat pada umumnya.
Semoga dunia medis kita di tanah air dapat menerima pengobatan alternatif sebagai jalan kedua bagi upaya penyembuhan berbagai macam keluhan penyakit.